بسم الله الرحمن الرحيم
Dengan dimudahkan untuk beramal saleh dan melakukan bentuk-bentuk ketaatan kemudian memperoleh balasan baik dan pahala yang melimpah sesungguhnya adalah salah satu wujud cinta Allah swt atas hambanya. Seyogyanya rasa syukur kaum muslimin harus diaplikasikan melalui pelaksanaan amal ibadah dan mujahadah yang istiqamah.
Syari’at Islam sesungguhnya telah mengajarkan istiqamah kepada ummat Islam, misalnya mengajarkan kalimat takbir untuk selalu dikumandangkan, agar kita senantiasa ingat kemahabesaranNya dan mengagungkan asmaNya, saat adzan kita kumandangkan takbir, saat iqomah kita lafalkan takbir, saat membuka shalat kita ucapkan takbir, saat bayi lahir kita tiupkan kalimat takbir, saat hari raya fitri kita lantunkan kalimat takbir, saat menyembelih hewan kita bacakan takbir bahkan saat di medan laga perjuangan kita juga pekikkan suara takbir.
Allahu Akbar – Allah Mahabesar! Mari kita menghayati kembali makna kesucian rohani dan kembali ke agama yang benar, mengurai asal kejadiannya dan menikmati sikap keberagamaan yang benar, keberagamaan yang diridoi Allah swt. Bukankah Allah menegaskan dalam sebuah firmannya:“Barang siapa yang mensucikan dirinya, sesungguhnya dia telah mensucikan diri untuk memperoleh kebahagiaannya sendiri. Dan hanya kepada Allah-lah tempat kembalimu. Bukankah tidak sama orang yang buta dengan orang yang melihat ? Bukankah pula tidak sama gelap-gulita dengan terang-benderang ? Dan bukankah juga tidak sama yang teduh dengan yang panas ?” (Al-Fathir: 18-21)
Allah swt membandingkan orang baik dengan orang jahat laksana orang yang melihat dengan orang yang buta, laksana terang dan gelap, laksana teduh dengan panas. Sungguh sebuah metafora yang menarik untuk kita renungkan. Allah seolah-olah hendak menyatakan bahwa manusia yang suci dan bersih, manusia yang baik dan berguna, manusia yang menang dan bahagia itu adalah mereka yang mau dan mampu melihat problem masyarakat secara cermat dan bijak dan kemudian bersedia memecahkannya dalam rangka mencari solusi yang terbaik, mereka yang mampu menjadi lentera di kala gelap, dan menjadi payung berteduh di kala panas. Mereka inilah pemilik agama yang benar, agama yang hanifiyyah wa as-samhah – terbuka danlapang, toleran dan pemaaf, damai dan santun. Inilah agama tauhid, agama Islam.
Dengan demikian Islam mengajarkan kepada kesucian, keindahan, kebersamaan dan Dengan demikian Islam mengajarkan kepada kesucian, keindahan, kebersamaan dan mengarahkan umatnya memiliki kepedulian sosial yang tinggi. Berat sama dipikul, ringan sama dijinjing, duduk sama rendah berdiri sama tinggi, rukun dalam kebersamaan dan bersama dalam kerukunan tidak pandang tua dan muda, yang tua menyayangi maka yang muda akan menghormati dan sebaliknya
Segala kelebihan yang melekat dalam diri manusia dalam bentuk apapun, hendaknya disadari bahwa selain merupakan nikmat, ia juga sekaligus sebagai amanat. Merupakan nikmat agar senantiasa disyukuri olehnya dan sebagai amanat supaya dipergunakan sebaik-baiknya sesuai dengan ketentuan Allah swt.
Islam mengajarkan keindahan, kebenaran dan kebaikan. Perbuatan yang indah akan melahirkan seni dan estetika, dan seni akan menghasilkan kreatifitas yang membangun dan menyejukkan. Perbuatan baik akan menimbulkan etika dan menciptakan tatanan kehidupan yang tertib dan harmonis, sementara kebenaran akan menghasilkan ilmu pengetahuan yang akan mengantarkan kemajuan peradaban umat manusia. Karenanya perubahan ke arah baik hanya akan dapat diwujudkan oleh pribadi yang dalam dirinya telah bersemi tiga unsur diatas: keindahan, kebenaran, dan kebaikan.
Alangkah indahnya jika kita dapat istiqamah dalam tiga hal tersebut. Istiqamah bukan hanya dalam ritual individual saja, karena istiqamah adalah konsisten dan terus menerus taat kepada Allah dalam meramu kesalehan individual dan kesalehan sosial. Orang yang istiqamah adalah orang yang konsisten taat kepada Allah dalam melaksanakan kewajiban-kewajiban dan meninggalkan larangan-larangan-Nya. Orang yang berhasil istiqamah dalam ketaatan kepada Allah maka hidupnya akan berkah dan surgalah tempatnya kelak di akhirat.
Allah swt berfirman: “Sesungguhnya orang-orang yang mengatakan Tuhan kami ialah Allah kemudian mereka meneguhkan pendirian mereka (Istiqamah dalam keimanan dan ketakwaan kepada-Nya), maka malaikat akan turun kepada mereka dengan mengatakan: janganlah kamu takut dan janganlah merasa sedih; dan gembirakanlah mereka dengan surga yang telah dijanjikan Allah kepadamu”. (QS. Fusshilat, 30). Wallahu muwaffiq.
Salah seorang sahabat pernah berkata kepada nabi:“Wahai Rasulallah, katakan kepadaku tentang Islam sebuah perkataan sehingga aku tidak perlu bertanya lagi kepada siapapun setelahnya, Rasul menjawab, katakanlah aku beriman kepada Allah kemudian istiqamahlah” (HR. Muslim). “Ya Allah, Engkau adalah tuhan kami, karuniakanlah kepada kami istiqamah” Amin ya mujibas saa-iliin. Wallahu muwaffiq.
Istiqamah adalah salah satu tonggak yang sangat penting bagi sebuah bangsa, menempati posisi yang mulia dan memimpin lajunya peradaban dunia
القرأن حجة لنا
Membaca Al-Quran secara rutin tiap hari dengan metode: ”فَمِي بِشَوْقٍ“ Setiap huruf yang tersebut menjadi simbol dari awal surat yang dibaca. Maka: - Huruf “fa`” adalah simbol dari surat “al-fatihah”. - Huruf “mim” maksudnya dimulai dari surah al-maidah. - Huruf “ya`” maksudnya dimulai dari surah Yunus. - Huruf ”ba`” maksudnya dimulai dari surah Bani Israil yang juga dinamakan surah al-isra`. - Huruf “syin” maksudnya dimulai dari surah asy-syu’ara`. - Huruf “waw” maksudnya dimulai dari surah wash shaffat. - Huruf “qaaf” maksudnya dimulai dari surah qaf hingga akhir mushaf yaitu surah an-nas. Channel
murajaah
Literature Review
fikih
(184)
Tasawwuf
(122)
Local Wisdom
(59)
hadis
(51)
Tauhid
(45)
Ilmu Hadis
(28)
Bahasa Arab
(25)
Kebangsaan
(23)
Moderasi Beragama
(22)
Biografi
(20)
Tafsir
(20)
Al Quran
(19)
ilmu tafsir
(2)
Dendam
Total Tayangan Halaman
HEAD
kongko bareng emte
- s.id/mtaufiqh
- belajar sepanjang hayat, santri berbahasa Arab dan Inggris dari Sukabumi Jawa Barat yang meretas dunia tanpa batas