-->

Ceramah Maulid Nabi Muhammad dan kuliah tentang kelahirannya

Mengadakan Maulid sebagai Pengingat Nabi Muhammad SAW
Assalamu’alaikum wa rahmatullahi wa barakatuh,

Terlebih dahulu, saya ingin menyampaikan permohonan maaf yang tulus kepada semua yang hadir di sini jika ada kata-kata dalam ceramah ini yang mungkin membuat perasaan saudara-saudara terlukai. Tujuan saya bukan untuk menyinggung siapa pun di dalam komunitas Islam kita. Saya hanya ingin berbicara secara jujur tentang pengalaman dan pandangan saya sejak saya memeluk Islam, dengan harapan bahwa ini bisa menjadi pelajaran bagi kita semua.

Pertanyaannya, mengapa kita merayakan Maulid Nabi Muhammad SAW? Apa tujuannya? Apakah kita benar-benar mengikuti ajaran Nabi SAW? Pertanyaan-pertanyaan ini penting untuk kita pertimbangkan. Apakah kita masih benar-benar mengikuti jejak Nabi SAW, atau malah lebih cenderung mengikuti contoh-contoh buruk dari orang-orang yang tidak beriman atau bahkan perbuatan setan? Kita perlu menjalani introspeksi mendalam tentang apakah kita benar-benar mengikuti sunnah Nabi Muhammad SAW.

Saat kita membahas tugas dan kewajiban umat Islam untuk mengikuti Nabi SAW, ayat-ayat penting berikut perlu diperhatikan:

1. "Katakanlah: 'Hai manusia, sesungguhnya aku adalah Rasul Allah kepada kalian semua, yang memiliki kerajaan langit dan bumi; tidak ada Tuhan selain Dia, yang menghidupkan dan mematikan. Maka berimanlah kalian kepada Allah dan Rasul-Nya, Nabi yang ummi, yang beriman kepada Allah dan firman-firman-Nya (kitab-kitab-Nya), dan ikutilah dia agar kalian mendapat petunjuk.'" (QS. Al-A'raf 7:158)

2. "Katakanlah: 'Jika kalian benar-benar mencintai Allah, ikutilah aku, niscaya Allah akan mencintai dan mengampuni dosa-dosa kalian.' Allah Maha Pengampun, Maha Penyayang. Katakanlah: 'Taati Allah dan Rasul-Nya; jika kalian berpaling, maka sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang kafir.'" (QS. Al-Imran 3:31-32)

Sekarang, mari kita analisis tindakan kita sehari-hari sebagai umat Islam yang mengaku sebagai pengikut Nabi Muhammad SAW.

Shalat kita? Teknisnya, mungkin kita masih menjalankannya dengan benar: bahasa Arab, gerakan yang sesuai, lima waktu, menghadap kiblat, dan sebagainya. Namun, perlu kita pertimbangkan apakah kualitas shalat kita mencerminkan ketenangan, khusyu, dan keikhlasan seperti yang diajarkan oleh Nabi SAW.

Puasa kita? Sama seperti shalat, secara teknis mungkin kita menjalankannya sesuai ketentuan: awal hingga akhir waktu berpuasa, namun, kita harus bertanya pada diri sendiri apakah kita menjalankan puasa dengan benar. Apakah kita benar-benar menjalani puasa dengan penuh kesadaran, ataukah puasa hanya menjadi alasan untuk makan berlebihan saat berbuka?

Haji dan Umrah kita? Teknisnya, haji dan umrah kita masih sesuai dengan tata cara yang diajarkan oleh Nabi SAW. Namun, kita harus berpikir apakah niat kita dalam menjalani ibadah ini benar-benar murni dan sesuai dengan ajaran Nabi SAW. Apakah kita menjadikan haji dan umrah sebagai peluang untuk memperoleh keuntungan materi atau hanya sebagai bentuk kebanggaan?

Masjid kita? Sekarang banyak masjid yang mengalami renovasi mewah dengan biaya yang sangat besar. Kita harus menanyakan apakah renovasi ini sesuai dengan nilai-nilai Islam dan apakah uang yang dihabiskan untuk renovasi masjid bisa digunakan untuk membantu orang-orang yang membutuhkan.

Korupsi kita? Sayangnya, korupsi masih menjadi masalah serius di banyak negara Muslim. Kita harus bertanya-tanya apakah tindakan korupsi yang dilakukan oleh beberapa orang mencerminkan ajaran Islam yang benar-benar mengikuti contoh Nabi SAW.

Kemiskinan dan ketidakadilan sosial kita? Banyak pemimpin kita yang kaya raya, sementara banyak orang miskin dan anak yatim terlantar. Kita harus bertanya apakah kekayaan pemimpin kita mencerminkan akhlak yang diajarkan oleh Nabi SAW, yang selalu memperhatikan dan membantu yang lemah dan yang membutuhkan.

Merokok di kalangan um

at Muslim? Kita tahu bahwa merokok merugikan kesehatan kita dan adalah tindakan yang tidak dianjurkan dalam Islam. Namun, masih banyak perokok di kalangan umat Muslim. Apakah ini mencerminkan kesadaran dan ketaatan kita terhadap ajaran Islam?

Saudara-saudara yang terhormat, saya mencoba untuk menjelaskan beberapa pertanyaan dan pemikiran yang perlu kita pertimbangkan saat kita merayakan Maulid Nabi Muhammad SAW. Ini adalah kesempatan kita untuk merenungkan ajaran dan teladan Nabi SAW, serta menjalani hidup kita dengan lebih baik sesuai dengan petunjuk beliau. Maulid tidak hanya menjadi acara seremonial, melainkan saat yang penting untuk merenungkan dan memahami sepenuhnya ajaran Nabi SAW. Mari kita berupaya menjalani hidup kita sesuai dengan petunjuk beliau dan menghormati ajaran Islam dengan sebaik-baiknya.

Sekali lagi, saya minta maaf jika ada kata-kata yang mungkin membuat perasaan saudara-saudara terlukai. Saya berharap bahwa ceramah ini dapat memberikan pemikiran yang bermanfaat bagi kita semua.

Terima kasih, dan semoga Allah SWT memberkahi kita semua. Wassalamu’alaikum wa rahmatullahi wa barakatuh.
 disarikan dari Ceramah Maulid Nabi SAW 2010 di Masjid Istiqlal Oleh Ustadz Gene Netto
Jakarta, 26 Februari 2010 / 12 Rabiul Awal 1431 H
LihatTutupKomentar

القرأن حجة لنا


Membaca Al-Quran secara rutin tiap hari dengan metode: ”فَمِي بِشَوْقٍ“ Setiap huruf yang tersebut menjadi simbol dari awal surat yang dibaca. Maka: - Huruf “fa`” adalah simbol dari surat “al-fatihah”. - Huruf “mim” maksudnya dimulai dari surah al-maidah. - Huruf “ya`” maksudnya dimulai dari surah Yunus. - Huruf ”ba`” maksudnya dimulai dari surah Bani Israil yang juga dinamakan surah al-isra`. - Huruf “syin” maksudnya dimulai dari surah asy-syu’ara`. - Huruf “waw” maksudnya dimulai dari surah wash shaffat. - Huruf “qaaf” maksudnya dimulai dari surah qaf hingga akhir mushaf yaitu surah an-nas. Channel

murajaah

Literature Review

fikih (184) Tasawwuf (122) Local Wisdom (59) hadis (51) Tauhid (45) Ilmu Hadis (28) Bahasa Arab (25) Kebangsaan (23) Moderasi Beragama (22) Biografi (20) Al Quran (19) Tafsir (19) ilmu tafsir (2)

Dendam

Total Tayangan Halaman

HEAD

kongko bareng emte

Foto saya
belajar sepanjang hayat, santri berbahasa Arab dan Inggris dari Sukabumi Jawa Barat yang meretas dunia tanpa batas