-->

Prospek Menyertai Ilmu

PROSPEK MENYERTAI ILMU
--Penggalan Memori 1971-1975 Bersama Prof Dr KH Ali Musthofa Ya'qub (35)
Oleh: Cholidy Ibhar
"Masa depan atau prospek itu mengikuti ilmu. Jangan dibalik, bahwa ilmu menyertai masa depan", taushiyah ustadz Ali Musthofa sebagai intermezo sebelum dimulainya musyawarah di serambi masjid. "Makanya sebagai santri harus yakin seyakinnya, nyantri dan menjadi orang alim pasti cerah masa depannya", tambahnya.

Itu nalar profetiknya, arahan normatif al-Qur'annya. Sebagaimana Allah secara eksplisit menggaransi kedudukan dan derajat yang tinggi bagi ilmuwan, "utu al-'ilma darajat" (al-Mujadalah : 11). Logis, bila bertebaran perintah Nabi agar memiliki gairah yang tinggi berburu ilmu.

Imam Syafi'i menegaskan, ilmu adalah kunci kebahagiaan di dunia dan akhirat. "Man aradat al-dunya faalaihi bi al-'ilmi, waman aradat al-akhirah faalaihi bi al-'ilmi. Waman arada huma faalaihi bi al-ilmi". Di dunia Barat sangat terkenal slogan, knowledge ia power". Ilmu adalah kuasa dan mustahil peroleh kuasa nir ilmu.

Maka naif, ironi, anomali dan entah apalagi istilahnya, jika ada seseorang yang menghendaki ketinggian derajat, kemulyaan dan kehormatan minus investasi keilmuan pada dirinya. Itu ilusi dan mimpi namanya.

Masa depan tak bertaut faktor lucky, keberuntungan dan lebih lebih dianggap sebuah gambling. Masa depan jelas hukumnya, teorinya, aksiomanya dan rumusnya. Tekun, sabar dan semangat tak kenal letih mereguk ilmu.

Sulit dipahami, aneh dan tak logis sekiranya ada santri tak bersungguh sungguh saat di pesantren kemudian menuntut masa depannya yang cerah. Sekali lagi, prospek menyertai ilmu. Di pundak pemilik ilmu atau ilmuwanlah masa depan itu menempel erat.

Dengan kata lain, jangan panggil panggil atau merengek rengek prospek agar menghampirinya, jika tak merasa sebagai sosok alim. Karena, masa depan bakal cemberut, melengos dan menampik menghampirinya bila yang meminta kehadirannya bukan yang dianggap ilmuwan.

Mudah dipahami mengapa al-Zarnuji meminta menghunjamkan niat mencari ilmu hanya semata mata mengusir kebodohan, "liizalat al-jahli". Begitu pula nyantri atau mondok, mestinya melulu berbalut motivasi menjadi alim. Tidak perlu memaku niat agar diberi masa depan yang cerah, lantaran masa depan cerah itu mengikuti ilmu. Otomatis, bila menjadi figur yang tinggi keilmuannya, dengan sendirinya prospek akan turut serta.

Pastilah, narasi, logika dan nalar dalam uraian di depan banyak yang membaca terlampau linier, mekanistik,  matematik dan bahkan mungkin ada yang menuding beraroma muatan lima prinsip dasarnya mu'tazilah, adil. Lho, itu jika hitung hitungan di atas maudhu' prospek, dengan mengikuti alur berpikir normatif. "Waan laisa lilinsani illa masa'a".

Fawaid Abdullah, Abdul Wahid Asy'ari, Yusuf Hidayat, Ahmad Fao, Abror Yuriidu Liyanjaha, Aulia Regard, Ahem, Nofiansaid Dahlan Kakau, Artini Fauzi, Noel Bes, DindaEny's Setya Hidayati, Nur Fadlilah.

LihatTutupKomentar

القرأن حجة لنا


Membaca Al-Quran secara rutin tiap hari dengan metode: ”فَمِي بِشَوْقٍ“ Setiap huruf yang tersebut menjadi simbol dari awal surat yang dibaca. Maka: - Huruf “fa`” adalah simbol dari surat “al-fatihah”. - Huruf “mim” maksudnya dimulai dari surah al-maidah. - Huruf “ya`” maksudnya dimulai dari surah Yunus. - Huruf ”ba`” maksudnya dimulai dari surah Bani Israil yang juga dinamakan surah al-isra`. - Huruf “syin” maksudnya dimulai dari surah asy-syu’ara`. - Huruf “waw” maksudnya dimulai dari surah wash shaffat. - Huruf “qaaf” maksudnya dimulai dari surah qaf hingga akhir mushaf yaitu surah an-nas. Channel

murajaah

Literature Review

fikih (184) Tasawwuf (122) Local Wisdom (59) hadis (51) Tauhid (45) Ilmu Hadis (28) Bahasa Arab (25) Kebangsaan (23) Moderasi Beragama (22) Biografi (20) Tafsir (20) Al Quran (19) ilmu tafsir (2)

Dendam

Total Tayangan Halaman

HEAD

kongko bareng emte

Foto saya
belajar sepanjang hayat, santri berbahasa Arab dan Inggris dari Sukabumi Jawa Barat yang meretas dunia tanpa batas