-->

Contoh takhrij Hadis bag. VII (ringkasan terjemahan)

بسم الله الرحمن الرحيم


 الإختصار باللغة الإندونيسية
“Sedekah Seseorang Kepada Kerabatnya”

  1. Redaksi hadis
Hadis yang penulis takhrij (menelusuri sumber hadis sekaligus memberikan penilaian terhadap sebuah hadis) adalah hadis yang diriwayatkan oleh Imam al-Thabrani (w 360 H) dalam salah satu karya monumentalnya, al-Mu’jam al-Ausath. Berikut ini petikan hadisnya:
قال رسول الله r :"صدقة ذي الرحم على ذي رحمه صدقة وصلة" (رواه الطبراني في معجمه الأوسط)
          Artinya: Rasulullah saw. bersabda “Sedekah seseorang kepada kerabatnya adalah (mendapatkan dua pahala) sedekah dan silaturahim”.
Hadis yang senada dengan ini diriwayatkan pula oleh Ibn Majah sebagai syahid (penguat) dalam masterpiece-nya Sunan Ibn Majah pada Kitab az-zakat, begitupun at-Tirmidzî meriwayatkan Hadis ini dalam sunannya pada kitab az-zakat dan an-Nasa’i pada Kitab az-zakat dalam kitab sunannya pula. Semuanya melalui jalur periwayatan sahabat Salmân bin Âmir ra. secara bil ma’na (perbedaan dari sisi redaksional saja, tapi substansi dan maksudnya sama). Adapun redaksi hadisnya secara lengkap sebagai berikut:
عن سلمان بن عامر الضبي قال قال رسول الله r الصدقة على المسكين صدقة وعلى ذي القرابة اثنتان صدقة وصلة.
Artinya: dari Salman berkata: bahwa Rasullah saw. bersabda: Sedekah seseorang kepada kerabatnya adalah mendapatkan dua (pahala) sedekah dan silaturahim.


  1. Memotret Track Record  (check and recheck) para Transmitter dari Dekat
1)      Salman bin Amir
Full name: Salman bin Amir bin Aus bin Hajar bin Amr bin al-Harits bin Taim bin Dahl bin Malik bin Sa’d bin Bakr bin Dhabbah adh-Dhabbiy ra. Beliau masuk agama Islam ketika Rasulullah saw memasuki kota Madinah. Tahun wafat beliau tidah dapat diakses. Bila kita telisik lebih jauh, beliau merupakan sahabat Rasulullah saw. karena berada dalam tingkatan sahabat maka tidak diragukan lagi ke ‘adalahannya (kredibilitasnya), sebagaimana pendapat dari para ulama bahwa semua sahabat adalah ‘adil.

2)      Ummu Ra’ih binti Sali’
Jika dilihat dari sisi pengembaraan ilmunya diketahui bahwa beliau adalah salah satu murid Salman bin Amir. Sebagaimana yang tertera dalam kitab Tahdzib al-Kamal karya al-Mizzi. Namanya adalah ar-Rabab binti Sali’ Ummu Ra’ih adh-Dhabiyyah al-Bashriyyah, tidak diketahui tahun wafatnya. Dari segi performance-nya adz-Dzahabiy menyatakan bahwa Ummu Ra’ih adalah rawi yang tsiqah.
Ummu Ra’ih meriwayatkan Hadis ini dari Salman bin Amir menggunakan lafal an-anah (عن) yang menunjukan ketidakpastian sambungnya sanad atau terjadi aktifitas penyelewengan (tadlis) namun, Ibn Hajar dalam kitabnya Ta’rif Ahl Taqdis bimaratib al-Mausufin bi at-tadlis tidak menilanya sebagai mudallis, justru ia menukil pendapat adz-Dzahabiy diatas sebagai rawi yang tsiqah.

3)      Hafshah binti Sirin
Dalam buah karya al-Mizzi, Tahdzib al-Kamal disebutkan bahwa nama lengkapnya adalah Hafsah binti Sirin Umm al-Hudhail al-Anshariyyah al-Bashriyyah. Tahun wafannya belum dapat dipastikan karena para ulama berpendapat, ada yang berpendapat ia wafat setelah tahun 100 H.
Hafsah binti Sirin meriwayatkan Hadis ini dari Umm Ra’ih menggunakan lafal an-anah (عن) namun, para ulama menilai kepribadiannya dan menyatakan bahwa ia adalah rawi yang tsiqah, hujjah.

4)      Abu Nua’mah al-Adawi
Nama lengkapnya adalah Amr bin Isa bin Suwaid bin Habirah atau lebih populer dengan kunyah-nya, Abu Nua’mah. Dari biografinya dapat dilihat bahwa salah satu gurunya ialah Hafshah binti Sirin.  Wafat pada tahun 131 H. karena terjangkin penyakit tha’un. Bentuk kalimat yang dipakai saat meriwayatkan hadis ini adalah haddatsana (menceritakan kepada  kami). Ini termasuk di antara beberapa  bentuk kalimat penerimaan hadis tertinggi di bawah kata sami’tu (saya mendengar), dan menunjukan bahwa ia mendengar  langsung dari gurunya. Dengan demikian, sanadnya dinyatakan tidak bermasalah alias muttashil. Dari komentar ulama tentang (personality) kepribadiannya, diketahui bahwa beliau adalah rawi yang tsiqah.

5)      Ghalib
Ghalib adalah orang yang tidak diketahui identitasnya, sebagaimana pernyataan Ibn Jauziy, ia menyatakan majhul dhaif. Tidak diketahui kapan tahun wafatnya.

6)      Nasr bin Ali
Seperti yang termaktub dalam kitab Tahdzib al-Kamal, nama lengkapnya adalah Nasr bin Ali bin Nasr bin Ali bin Shahban bin Abi al-Azdiy. Cukup banyak ulama yang menjadikannya guru, Ghalib adalah salah satu murinya. beliau wafat pada tahun 251 H. Bentuk kalimat yang dipakai saat meriwayatkan hadis adalah haddatsana (menceritakan kepada  kami). Dengan demikian, sanadnya dinyatakan tidak bermasalah alias muttashil. Dari aspek kepribadiannya para ulama menyatakan bahwa Nasr bin Ali adalah seorang perawi yang tsiqah.

7)       Khalaf bin Ubaidillah
Penulis tidak mendapati keterangan masa hidupnya, namun ia adalah salah satu guru dari ath-Thabraniy dan Abu Nuaim, karena penulis banyak menemukan namanya dalam kitab-kitab mereka.



  1. Kesimpulan dan Derajat Hadis
Setelah dilakukan “diagnosa” melalui “analisis” penelitian hadis  yaitu dengan menelisik biografi (tarajum) para perawi, mengungkap ke’adilan dan kedhabitannya, dan juga melihat tawarikh wafayat al-ruwat, maka dengan memohon taufik dan ‘inayah Allah Swt, penulis memberikan penilaian terhadap Hadis ini berlandaskan pada keterangan yang telah dipaparkan di atas bahwa:
a.      Sanad hadis ini Marfu’ Muttashil kepada Rasulullah Saw.
b.      Mayoritas perawi Hadis ini, sebagaimana komentar ulama, adalah tsiqah, kecuali Ghalib yang dicap dhaif, maka otomatis kualitas Hadis dengan sanad ini dhaif.
c.       Hadis ini (dengan sanad ini) tidak dapat digunakan sebagai hujjah (dalil, argumentasi) untuk masalah hukum syariat.

  1. Intisari Hadis
 Secara harfiah, as-shadaqah bermakna memberi. Dalam pengertian yang lebih definitive (terminologis), as-shadaqah adalah segala sesuatu yang diberikan kepada seseorang, yakni  dengan mengharap rido Ilahi (mu’jam al-wasith, juz 1, hal 511).  Oleh karenanya syaikh al-Balbanî mengatakan bahwa mengedepankan atau mendahulukan keluarga dalam kebaikan (seperti memberi hadiah) adalah suatu keharusan.
Dalam peribahasa Indonesia dikatakan “ada ubi ada talas, ada budi ada balas” artinya setiap perbuatan baik pasti ada balasannya. 14 abad silam hal ini telah diajarkan baginda Rasul saw kepada ummatnya untuk senantiasa berbuat baik karena ia akan mendapat ganjaran yang setimpal bahkan lebih. menurut al-Manawi dalam kitabnya Faidh al-Qadir 4/255, bahwa hadis ini menunjukan kepada kita, bahwa ada satu amalan yang bernilaikan dua balasan (pahala). Sedekah seseorang kepada kerabatnya atau sanak saudaranya akan menuai dua pahala (yaitu sedekah dan silaturahim), berbeda dengan sedekahnya kepada orang lain ia hanya menghasilkan satu pahala (yaitu pahala sedekah).

Dalam Alquran Surat al-Baqarah ayat: 177 dinyatakan:
ليس البر أن تولوا وجوهكم قبل المشرق والمغرب ولكن البر من آمن بالله واليوم الآخر والملائكة والكتاب والنبيين وآتى المال على حبه ذوي القربى واليتامى والمساكين وابن السبيل والسائلين وفي الرقاب وأقام الصلاة وآتى الزكاة والموفون بعهدهم إذا عاهدوا والصابرين في البأساء والضراء وحين البأس أولئك الذين صدقوا وأولئك هم المتقون.
Artinya:  Bukanlah menghadapkan wajahmu ke arah timur dan barat itu suatu kebajikan, akan tetapi sesungguhnya kebajikan itu ialah beriman kepada Allah, hari kemudian, malaikat-malaikat, kitab-kitab, nabi-nabi dan memberikan harta yang dicintainya kepada kerabatnya, anak-anak yatim, orang-orang miskin, musafir (yang memerlukan pertolongan) dan orang-orang yang meminta-minta; dan (memerdekakan) hamba sahaya, mendirikan shalat, dan menunaikan zakat; dan orang-orang yang menepati janjinya apabila ia berjanji, dan orang-orang yang sabar dalam kesempitan, penderitaan dan dalam peperangan. Mereka itulah orang-orang yang benar (imannya); dan mereka itulah orang-orang yang bertakwa




LihatTutupKomentar

القرأن حجة لنا


Membaca Al-Quran secara rutin tiap hari dengan metode: ”فَمِي بِشَوْقٍ“ Setiap huruf yang tersebut menjadi simbol dari awal surat yang dibaca. Maka: - Huruf “fa`” adalah simbol dari surat “al-fatihah”. - Huruf “mim” maksudnya dimulai dari surah al-maidah. - Huruf “ya`” maksudnya dimulai dari surah Yunus. - Huruf ”ba`” maksudnya dimulai dari surah Bani Israil yang juga dinamakan surah al-isra`. - Huruf “syin” maksudnya dimulai dari surah asy-syu’ara`. - Huruf “waw” maksudnya dimulai dari surah wash shaffat. - Huruf “qaaf” maksudnya dimulai dari surah qaf hingga akhir mushaf yaitu surah an-nas. Channel

murajaah

Literature Review

fikih (184) Tasawwuf (122) Local Wisdom (59) hadis (51) Tauhid (45) Ilmu Hadis (28) Bahasa Arab (25) Kebangsaan (23) Moderasi Beragama (22) Biografi (20) Tafsir (20) Al Quran (19) ilmu tafsir (2)

Dendam

Total Tayangan Halaman

HEAD

kongko bareng emte

Foto saya
belajar sepanjang hayat, santri berbahasa Arab dan Inggris dari Sukabumi Jawa Barat yang meretas dunia tanpa batas