Copas dri sebelah. Unik sekali.
Kepada Syaikh Jamal Faruq ad-Daqqaq
(dekan fakultas Da'wah Universitas al-Azhar
dan anggota ulama pakar al-Azhar) kami
perlihatkan video bacaan Alquran secara utuh
yang dibaca oleh qori pada acara Isra` Mi'raj
di istana negara respon beliau setelah kami
tanyakan soal bacaan sang qori dengan
langgam jawa tersebut lalu beliau berkata
"bacaan ini unik sekali, menunjukan bahwa
yang membaca adalah bukan orang Arab
(natijatul-'ujmah) dan orang ajam memiliki
langgam (lahnun dalam bahasa Arab) dan
cara mengejanya tidak sepenuhnya sama
seperti lisan orang Arab, maka dari itu harus
diperhatikan thoriqoh al-adaa` (cara eksekusi
bacaan) dan maka dari itu ada bab qiroaat
sab'ah yang merupakan salah satu latar
belakangnya adalah permasalah ini". Bahkan
beliau tidak segan memuji sang qori dengan
mengatakan "sang qori memperhatikan betul
kaidah tajwid dengan pengahayatan saat
membacanya".
Kemudian kami perlihatkan juga kepada
syaikh Hajin (pengajar ilmu Hadis di al-Azhar)
video bacaan Alquran yang dibaca oleh qori
pada acara Isra` Mi'raj di istana negara,
kemudian kami tanyakan pertanyaan serupa,
respon beliau pada awalnya merasa aneh
namun manggut-manggut karena baru
mendengar bacaan Alquran dengan naghom
Jawa dan pada akhirnya sama seperti syaikh
Jamal Faruq, beliau mengatakan yang
terpenting membacanya dengan tajwid
memperhatikan tajwid dan faham ma'nanya
karena irama itu mengikuti artikulasi teks
yang dibacanya".
Kemudian kepada Syaikh Toha Hubaisyi
(anggota pentashih Alquran Mesir dan
pengajar senior ilmu Tasawuf dan hafal kitab
Ihya Ulumuddin milik Imam al-Ghazali). Beliau
dahulu melihat dengan jelas namun kini Allah
mengambil penglihatan zahirnya dan
menggantikannya dengan penglihatan batin
(hal ini sudah masyhur di al-Azhar) sehingga
saat kami menghadap kepada beliau barusan
setelah mengaji Ihya sekaligus perayaan Isro`
Mi'raj yang beliau katakan kepada kami,
bahwa kami diundang oleh Rasul SAW untuk
menerima jamuan Rasul SAW. Lalu setelah
kami menghadap dan mengucap salam beliau
bertanya "kalian berasal dari mana?" kami pun
menjawab "Indonesia ya mawlana" tahukah
anda apa yang beliau katakan selanjutnya?
Beliau katakan "saya baru saja pergi ke negara
kalian" kami pun kaget bercampur rasa
senang karena negara kita dikunjungi ulama
robbani seperti beliau, tapi setelah itu beliau
berkata "saya datang ke Indonesia dalam
mimpi" sontak kami pun kaget terperanga
karena haibah dan kasyaf beliau, lalu kami
tanyakan "lalu pergi ke mana saja wahai
syaikh di negara kami?" beliau menjawab
"saya pergi ke suatu masjid dan solat di
dalamnya, masjid itu berdiri di atas air, masjid
itu terbuat dari kayu dan di bawahnya air"
Allah, Allah, Allah para murid dari Indo dan
Mesir, Thailand dan Afrika pun terperanga.
Sang murid pun yang mulazamah dengan
beliau pun mengiyakan apa yang Syaikh Toha
sampaikan, karena syaikh Toha telah
memberitahu sebelumnya kepada murid yang
selalu bersamanya itu.
Lalu kami langsung kepada pertanyaan, sekali
lagi, karena penglihatan zahir beliau tidak
aktif dan hp saya yang menyimpan video itu
lowbatt langsunglah kami tanyakan perihal
masalah membaca Alquran dengan nagham
selain Arab, tahukah kalian apa jawaban
beliau? Beliau menjawab "Masmuh
(dipersilahkan), boleh dengan syarat tetap
memperhatikan mahraj dan kaidah tajwid,
karena seorang yang membaca Alquran
dengan bahasa Arab ketika yang
membacanya mengerti atau tidak, tepat atau
tidak hakikatnya maknanya telah sampai
kepada Allah".
Dari hasil respondensi kami sementara
kepada para masyayikh dapat diketahui
bahwa masalah ini sebenarnya tidak terlalu
besar karena sebagaimana yang dijelaskan
syaikh Jamal Faruq bahwa dahulu saat
Alquran tersebar ke berbagai negeri dan
menemukan persoalan pengejaan lafaz
Alquran yang berbahasa Arab sehingga hal ini
menjadi salah satu latar belakang Alquran
diturunkan dalam 7 bacaan (bukan varian,
baca tulisan kritik Syaikh Mus. tafa A'zhami
atas terjemah Qiroat Sab'ah ke dalam bahasa
Inggris).
Dan melalui pendekatan hadis sebagaimana
diketahui bahwa hadis tersebut diriwayatkan
oleh ath-Thabrani dan Baihaqi dengan derajat
lemah sekali adapun ada yang mengatakan
hadis ini diriwayatkan oleh at-Tirmidzi, Malik
dan al-Nasa’i adalah tidak benar karena tidak
pernah ditemukan, untuk pendeketan hadis
ini sudah banyak yang membahas, silahkan
rujuk kitab-kitab hadis dan dalil yang
menyebutkannya.
Dan sebagaimana dikatakan oleh Kiai Amad
Baso bahwa "membaca Alquran dengan
langgam Nusantara seperti ini harus dihayati
bukan dirasionalisasi, karena ini soal efek
dakwah Islam kepada masyarakat yg lebih
ampuh dibanding cara lidah Arab model
Hushari. Kalau kita terbiasa mendengar
tembang Jawa yg diciptakan oleh Wali Songo,
seperti Dandanggulo, Sinom, Kinanthi, dan
seterusnya, maka akan terasa sekali pengaruh
dahsyat membaca ayat-ayat Kalam Ilahi
dengan lagu Dandanggulo dan seterusnya
tersebut ke dalam jiwa penduduk. Hal serupa
bisa dilakukan di daerah lain, di mana
kesatuan dari keragaman langgam itu
berhimpun menjadi satu ciri khas Islam di
Indonesia, KARAKTER ISLAM NUSANTARA".
Demikian tulisan ini sengaja dibuat sederhana
namun memiliki validitas yang dapat
dipertanggungjawabkan. Sekian.